Sunday, November 17, 2013

TunjukkanLah Jiwa Abdi Mudamu untuk Bangsa ini


Jika sekiranya Kita mampu berbuat untuk Negeri ini ... mengapa tidaK Kita Lakukan???!!! Meski terkadang ditentang dan terasa IrasionaL bagi Orang-orang di sekeLiling Kita dan menganggap hanya

Wednesday, November 13, 2013

10 November 2013__SELAMAT HARI PAHLAWAN (MERDEKA!!!)


kITA TAK BUTUH SESUATU HAL YANG BESAR UNTUK DILAKUKAN DAN DISAKSIKAN OLEH KHALAYAK ...
KITA HANYA BUTUH JIWA-JIWA "SOEKARNO"

Friday, November 8, 2013

NAMANYA UNTUKKU ( Juta LogikaKu )


Senandung bagai mecakar angin yang menghampiri mengiaskan segala rasa ah ... mungkin hanya logika! bukan ,,, mungkin sebuah rasa?

Sunday, October 13, 2013

PUISI DENTING TERIAKKU

23 May 2013 _19.12 WITA

Tersudut di denting-denting mencoba meramaikan nalarku meneriakiku dengan gemuruhnya kosong … 
hampa …

MENGGANTUNG SAYAP

Deraiku di selaksa malam ... Tuhan tak pernah menjawab do’aku Aku meminta kebaikan malah berpetak umpet denganku Aku berlari mengejar kebaikan Tapi bermain layang denganku Rumit …. Separah inikah nasib kebaikan hidup? Bagai menggantung di langit dengan beribu bidadari bersayap Syurgapun terasa sangat dekat tap tak mampu aku gapai Neraka berteriak kobar padaku tapi tak mampu aku gapai pula Tuhan … inikah hukuman? Aku tak mampu lagi!!!

Saturday, October 12, 2013

Di Tanahku Bersaksi

Aku melangkah ...
bagai kapas-kapas tak berinsankan keindahan,
malam ini kusegerakan diriku
untuk melupakan semua apa yang telah kau tanamkan
di tanah Pattae Aku mencari Tuhan membabi buta,
memecah seluruh ruang sudut dinding dan semesta alam,
namun tak mampu menahan menerima semua ini,
aku berharap kau akan mengingat semuanya,
semua apa yang telah kita janjikan.
entah disana kau telah memiliki keabadianmu,
namun Aku akan tetap untukmu.
jika waktunya nantinya kau membaca titik tetesan hati ini
yang perlu kau tahu
aku akan selalu untukmu.

ALUNAN-MU


By Lia VanQuish

Tak seindah mengukir senja
Alunan berdetak mengiring langkah
Setapak menapaki jalan berduri
Riang sendu tawamu masih terngiang
Mengalun perlahan di denting sore kala itu
Awan kabut putih perlahan menjauh
Berlari meninggalkan masa kita
Riang sendu itu tak lagi terdengar
Hanya tetesan tangis mengiringmu
Aku berdiri tegak di sampingmu
Menatap alunan rindang petikan gitarmu
Aku terjatuh dalam nuranimu
Akankah kau kembali…
Akankah masa indah kita terukir lagi
Seperti sedia kala.
Benang merah perlahan menutup kawanan embun petang
Genggaman tanganmu
Mengalirkan tangis di jiwaku
Kau akan pergi meninggalkanku
Untuk selamanya
Tanpa berucap kau akan pergi
Aku selalu terngiang di kala itu
Dan saat ini
Aku berdiri disini
Saat kau tak mengucap sebaitpun padaku
Mengapa kau terlalu cepat …
Andai akau bisa menggapai
Dan menempati ruangmu
Aku akan meminta-NYa
Untuk menempati ruangmu
Dan kau menempati ruangku
Agar kau tahu betapa lemahnya
Aku tanpamu
Betapa tak kuasanya
Aku tanpa dirimu …
Agar kau bias merasakan betapa inginnya
Aku menggapai ArasHnya
Tuk meminta pada-NYa
Agar kau tetap di sampingku
Menatap alunan rindang itu lagi darimu
Karen a aku tak bias hidup tanpamu Kasih.
Dan karena aku tahu alunan mereka
Tak seindah alunanmu untukku.

Cadas Peneduh Jiwa

By VanQuish / 05 Oktober 2013

Menulis aksara di titisan sanubari
dan cadas-cadas merah ungu
di tetesan hujan,
menguak misteri kelemahan
dan keinsanan para peneduh-peneduh jiwa.
membentang janji
melambaikan ombak kelabu
walau tak berujung
di terpa angin
mengguling cita
selalu menodai
dan memberi titik-titik putih
mendamba keinsananku
menjadi pelangi
yang berwarna megah
di tengah penjuru
garis khatulistiwa

Thursday, October 10, 2013

Hujan di 17 September.

Hujan di 17 September meriakkan segala rasa
hah ... mungkin kagum atau hanya kecewa
aku seakan buta untuk mendefenisikannya
benakku meronta meminta tafsiran wajah di gambar yg telah tampak oleh mataku

Akhhh ... hitam atau putih?
aku benar risau dengan fatamorganamu
menjanjikan segelintir angin diatas awan
namun ternyata hanya bulan yang mampu menitikkan tangis
sedang matahari tersungging pada bulan.

SUKSES DIMULAI DENGAN DOA

.
Langit-langit kamar berpesan bercita-citalah setinggi langit...
Jam dinding berkata tiap detik itu berharga...
KElender berbisik jgn menunda smpe esok...
Pintu berteriak dorong keras, pergi dan berusahalah...
TAPI tiba-tiba...
Lantai berbisik bersujud dan berdoalah...
Karena Kunci SUKSES DIMULAI DENGAN DOA.

Wednesday, October 9, 2013

Teriakanku



Teriakanku terlalu rapuh di telingamu
Meraung nasib sejajarkan hatimu Namun tak seindah Reinkarnasi . 
Aku melambai bagai kapas putih, Tak jua Kau dapatiku
Akh ... Mengadu hati pada yg tak peduli 
Akhhhh ... !!!
Bullshit ... Dengan semua perkataan mereka.
Aku tetap mengejarmu!!
By Me on U

Monday, October 7, 2013

Aku mencintaimu

Aku mencintaimu sebisa diriku.. Tanpa haru yang menderu.. Tanpa hati yang mematri.. Tanpa asa yang bersemi..

Aku mencintaimu semampu diriku..Tanpa kehadiran..Tanpa pujian..Tanpa sentuhan.. Tanpa pelukan..
...
Aku mencintaimu senyaman langkahku.. Tanpa untaian kata cinta.. Tanpa hasrat yang menggebu.. Tanpa keberadaan yang berpadu..

Hanya bayangan hatiku dan hatimu yang menyatu.. Karena cinta bukan dosa.. Tapi cinta adalah kejujuran jiwa.. Hingga sampai nanti indah pada waktunya

tiang-tiang langit jingga

Aku membeningkan segala tiang-tiang langit jingga
mencoba meraung menengadah dr malaikat sore
mengais tubuh bersembah Ilahi ...

Aku menjadi ada dalam diriku
menjadi rapuh tak serapuh kayu itu
menjadi penunggu tapi tak seperti menunggu kemarau yg betahun.

Menunggumu



Menunggu kamu....??
Tak kan pernah ada lelah dalam kamus hidupku
Ini ujian, bukan siksaan
Menunggu Tuhan mengizinkan kita dipertemukan
Itu hal terindah yang aku rasakan...
Mencintaimu walaupun cinta kita terhalang samudera yang luas membentang

Waktu terus berjalan
Nada-nada rindu terus hiasi hariku
Meskipun lewat ketikan jemari
Tapi itu suara hati

Rinduku tak terbatas
Cintaku tak berujung
Selama nadiku berdetak
Aku kan setia menunggumu....

Lihai tungkai Politik

Lihai tungkai PolitikDalam isu "Politik semasa"
Angkare, Satuan, Lingkaran, Banjar semua
menjadi sangat ironi dan seakan melihat Fatamorgana
di ujung mawar yang berduri ...

Masyarakat terlalu Pintar tapi tak Cerdas untuk jadi bahan Rekayasa Politik.

Thursday, October 3, 2013

KORUPSI DISEJAJARKAN DENGAN UPAYA PEMBUNUHAN MASSAL

(GENOSIDA) UNTUK RAKYAT By : Nurliah “VanQuish”
“ Pemerintah tak ubahnya drakula penghisap darah yang memangsa kaumnya sendiri demi bertahan hidup “ Terlalu naif Bangsa ini ketika mengagungkan kata Kesejahteraan dan Keadilan dibalik Konsfirasi-konfirasi liar para Dajjal pemerintahan. Setiap detik airmata rakyat harus bercucuran tak tertahankan hanya untuk sebuah keadilan Negeri ini. Ibu pertiwi hanya bisa tertegun menahan tangis menyaksikan anak-anak Bangsanya menjadi bahan lumatan oleh sebuah tindak kotor bernama korupsi. Belum lagi sebuah kenyataan yang memilukan sekaligus memalukan harus ditelan oleh Negeri ini, betapa tidak Indonesia harus menempati peringkat pertama sebagai Negara terkorup di kawasan Asia Pasifik. Terlalu munafik individu Indonesia ketika mengatakan “tidak” pada realita ini. Setiap titik dan sudut dari Negeri ini hampir menjadi bahan perdagangan oleh pihak-pihak yang tak pernah mendengar teriakan anak-anak pertiwi. Betapa miris karena kita seakan menjadi tamu di Negeri sendiri, benar-benar seakan semuanya diasetkan untuk pencapaian kemajuan pribadi masing-masing oknum. Oh Negeriku . . . aku harus mengatakan apa untuk dirimu? Aku sangat ingin berteriak di setiap sudut pelosok Negeri ini dengan berkata lantang “Wahai Presiden-ku pandanglah Kami jiwa dan raga yang tertindas ini, merdekakanlah kami dengan tumpah darah kami dengan nama INDONESIA MERDEKA!, jangan biarkan kami terlahir ditanah tercinta ini hanya untuk menjadi korbanmu yang tinggal tulang dan asa”. Korupsi adalah sebagai bentuk kekerasan struktural dan upaya Genosida, sebab apa yang di lakukan oleh para pejabat merupakan bentuk penyelewengan terhadaap kekuasaan Negara, dimana korupsi lahir dari penggunaan otoritas kekuasaan untuk menindas, merampok dan menghisap uang rakyat demi kepentingan pribadi. Akibatnya, fungsi Negara untuk melayani kepentingan rakyatnya, berubah menjadi mesin penghisap bagi rakyatnya sendiri. Relasi politik yang terbangun antara masyarakat dengan Negara melalui pemerintah sungguh tidak seimbang. Hal ini berakibat pada munculnya aristokrasi baru dalam bangunan pemerintahan kita. Negara di tuding dengan sengaja menciptakan ketimpangan sosial dalam kehidupan masyarakat. Kemiskinan yang meluas, antrian panjang barisan pengangguran, tidak memadainya gaji dan upah guru, anggaran sosial yang semakin kecil akibat pencabutan subsidi ( Pendidikan, Kesehatan, Listrik, BBM dll ), adalah deretan panjang yang menjadi bukti adanya upaya Genosida di Negeri yang kita cintai ini, yang semakin menghimpit beban hidup masyarakat. Tidak bisa di pungkiri bahwa tingkat praktek korupsi di kalangan pejabat-pejabat Negara, menjadikan masyarakat menarik dukungannya terhadap pemerintah. Kepercayaan serta harapan masyarakat ( expectation ) terhadap pemerintah bisa di katakan semakin menurun, bahkan cenderung apatis terhadap pemerintah beserta aparatur-aparatur hukumnya ( Polisi, Jaksa, Hakim, dan lainnya sebagainya ). Selama ini, pemberantasan koropsi yang di lakukan oleh pemerintah terkesan berjalan dengan lamban. Berbelit-belit dan sangat birokratisnya upaya pemberantasan korupsi yang di lakukan, menjadi salah satu faktor mendasar penyelesaian sebuah kasus. Semisal pemeriksaan seorang pejabat legislatif ( anggota DPRD ) yang harus menunggu izin dan keputusan dari Mendagri, atau pejabat pemerintah daerah yang harus menunggu persetujuan Presiden, dll, menjadi salah satu kendala utama yang harus mampu di selesaikan oleh bangsa ini. Pemerintah dalam hal ini di tuntut untuk membuat kebijakan ( policy ) yang bertujuan untuk memperlancar proses pemberantasan korupsi sehingga dapat berjalan cepat, efisien dan efektif tanpa harus di halangi oleh aturan birokratis. Ibarat anjing piaraan pihak asing, Negara ini telah rela di perbudak oleh bangsa asing hanya untuk mencari perhatian dengan harapan mendapatkan posisi dan kedudukan yang layak dalam pemerintahan yang di bangun oleh para penjajah. Secara eksplisit, sesungguhnya budaya penjajah yang mempraktekkan hegemoni dan dominasi ini menjadikan orang-orang Indonesia juga tidak segan menindas bangsanya sendiri lewat perilaku dan praktek koropsinya. “Tak ubahnya seperti drakula penghisap darah yang memangsa kaumnya sendiri demi bertahan hidup”. Sejak periode kepemimpinan SBY-JK hingga SBY-Boediono saat ini, program pemberantasan korupsi menjadi prioritas utama dalam program kerja pemerintahan. Upaya ini harus kita apresiasi dengan memberikan bentuk penghargaan yang tinggi atas upaya yang di lakukan tersebut. Namun patut kita catat bahwa, meskipun pemerintahan SBY-JK telah berhasil mengungkap kasus-kasus korupsi yang melibatkan pejabat-pejabat Negara ( semisal kasus KPU, kasus Bulog, kasus Abdullah Puteh di Aceh, kasus Syaukani HR, kasus Al amin Nur, serta kasus-kasus yang melibatkan pejabat pemerintah di beberapa daerah lainnya ), namun upaya pemberantasan korupsi ini belum mampu menyentuh para koruptor-koruptor kakap ( dari era Soeharto sampai sekarang ) yang hingga saat ini masih bebas berkeliaran tanpa pernah sedikitpun tersentuh oleh hukum. Saya pikir jika pemerintah mampu memberikan bukti nyata dari komitmen pemberantasan korupsi, maka kepercayaan masyarakatpun akan kembali pulih, bahkan lebih partisipatif dalam setiap masalah-masalah yang sedang di hadapi oleh bangsa ini. Namun sebaliknya, jika pemerintah lamban dan gagal dalam menunaikan kewajiban dan tanggung jawabnya untuk menuntaskan kasus-kasus korupsi yang ada, maka rakyat akan jauh semakin jauh meninggalkannya. “Apa jadinya sebuah pemerintahan tanpa dukungan dari masyarakatnya ?”. Kita seharusnya mampu membaca situasi Negara saat ini, bahwa adanya upaya Genosida yang di lakukan oleh Negara dan Pejabat Pemerintahan terhadap masyarakat, korupsi yang kian subur akan semakin membuat beban devisit anggaran Negara semakin bertambah, hal ini kemudian akan mengakibatkan sistem ekonomi menjadi “ colaps “ dan berujung kepada semakin tingginya inflasi yang membuat harga-harga kebutuhan masyarakat kian melambung tinggi. Ekonomi biaya tinggi ini berakibat pada ketidak seimbangan antara daya beli masyarakat dengan tingkat harga komoditas terutama komoditas bahan pokok. Masyarakat cenderung di paksa untuk menerima keadaan ini, sistem perekonomian menjadi ambruk, akibat dari ulah para pejabat yang mengkorupsi uang Negara demi kepentingan pribadi, kelompok dan golongan masing-masing. Intinya, masyarakat di paksa untuk menanggung beban yang tidak di lakukannya. Kita tentu masih ingat dengan “ krisis moneter “ yang terjadi antara tahun 1997/1998 lalu !!!. Penyebab utama dari terjadinya krisis yang melanda Indonesia ketika itu adalah beban keuangan Negara yang menipis akibat ulah Orde Baru yang sangat korup.

Translate