Saturday, October 12, 2013

Di Tanahku Bersaksi

Aku melangkah ...
bagai kapas-kapas tak berinsankan keindahan,
malam ini kusegerakan diriku
untuk melupakan semua apa yang telah kau tanamkan
di tanah Pattae Aku mencari Tuhan membabi buta,
memecah seluruh ruang sudut dinding dan semesta alam,
namun tak mampu menahan menerima semua ini,
aku berharap kau akan mengingat semuanya,
semua apa yang telah kita janjikan.
entah disana kau telah memiliki keabadianmu,
namun Aku akan tetap untukmu.
jika waktunya nantinya kau membaca titik tetesan hati ini
yang perlu kau tahu
aku akan selalu untukmu.

ALUNAN-MU


By Lia VanQuish

Tak seindah mengukir senja
Alunan berdetak mengiring langkah
Setapak menapaki jalan berduri
Riang sendu tawamu masih terngiang
Mengalun perlahan di denting sore kala itu
Awan kabut putih perlahan menjauh
Berlari meninggalkan masa kita
Riang sendu itu tak lagi terdengar
Hanya tetesan tangis mengiringmu
Aku berdiri tegak di sampingmu
Menatap alunan rindang petikan gitarmu
Aku terjatuh dalam nuranimu
Akankah kau kembali…
Akankah masa indah kita terukir lagi
Seperti sedia kala.
Benang merah perlahan menutup kawanan embun petang
Genggaman tanganmu
Mengalirkan tangis di jiwaku
Kau akan pergi meninggalkanku
Untuk selamanya
Tanpa berucap kau akan pergi
Aku selalu terngiang di kala itu
Dan saat ini
Aku berdiri disini
Saat kau tak mengucap sebaitpun padaku
Mengapa kau terlalu cepat …
Andai akau bisa menggapai
Dan menempati ruangmu
Aku akan meminta-NYa
Untuk menempati ruangmu
Dan kau menempati ruangku
Agar kau tahu betapa lemahnya
Aku tanpamu
Betapa tak kuasanya
Aku tanpa dirimu …
Agar kau bias merasakan betapa inginnya
Aku menggapai ArasHnya
Tuk meminta pada-NYa
Agar kau tetap di sampingku
Menatap alunan rindang itu lagi darimu
Karen a aku tak bias hidup tanpamu Kasih.
Dan karena aku tahu alunan mereka
Tak seindah alunanmu untukku.

Cadas Peneduh Jiwa

By VanQuish / 05 Oktober 2013

Menulis aksara di titisan sanubari
dan cadas-cadas merah ungu
di tetesan hujan,
menguak misteri kelemahan
dan keinsanan para peneduh-peneduh jiwa.
membentang janji
melambaikan ombak kelabu
walau tak berujung
di terpa angin
mengguling cita
selalu menodai
dan memberi titik-titik putih
mendamba keinsananku
menjadi pelangi
yang berwarna megah
di tengah penjuru
garis khatulistiwa

Thursday, October 10, 2013

Hujan di 17 September.

Hujan di 17 September meriakkan segala rasa
hah ... mungkin kagum atau hanya kecewa
aku seakan buta untuk mendefenisikannya
benakku meronta meminta tafsiran wajah di gambar yg telah tampak oleh mataku

Akhhh ... hitam atau putih?
aku benar risau dengan fatamorganamu
menjanjikan segelintir angin diatas awan
namun ternyata hanya bulan yang mampu menitikkan tangis
sedang matahari tersungging pada bulan.

SUKSES DIMULAI DENGAN DOA

.
Langit-langit kamar berpesan bercita-citalah setinggi langit...
Jam dinding berkata tiap detik itu berharga...
KElender berbisik jgn menunda smpe esok...
Pintu berteriak dorong keras, pergi dan berusahalah...
TAPI tiba-tiba...
Lantai berbisik bersujud dan berdoalah...
Karena Kunci SUKSES DIMULAI DENGAN DOA.

Wednesday, October 9, 2013

Teriakanku



Teriakanku terlalu rapuh di telingamu
Meraung nasib sejajarkan hatimu Namun tak seindah Reinkarnasi . 
Aku melambai bagai kapas putih, Tak jua Kau dapatiku
Akh ... Mengadu hati pada yg tak peduli 
Akhhhh ... !!!
Bullshit ... Dengan semua perkataan mereka.
Aku tetap mengejarmu!!
By Me on U

Monday, October 7, 2013

Aku mencintaimu

Aku mencintaimu sebisa diriku.. Tanpa haru yang menderu.. Tanpa hati yang mematri.. Tanpa asa yang bersemi..

Aku mencintaimu semampu diriku..Tanpa kehadiran..Tanpa pujian..Tanpa sentuhan.. Tanpa pelukan..
...
Aku mencintaimu senyaman langkahku.. Tanpa untaian kata cinta.. Tanpa hasrat yang menggebu.. Tanpa keberadaan yang berpadu..

Hanya bayangan hatiku dan hatimu yang menyatu.. Karena cinta bukan dosa.. Tapi cinta adalah kejujuran jiwa.. Hingga sampai nanti indah pada waktunya

tiang-tiang langit jingga

Aku membeningkan segala tiang-tiang langit jingga
mencoba meraung menengadah dr malaikat sore
mengais tubuh bersembah Ilahi ...

Aku menjadi ada dalam diriku
menjadi rapuh tak serapuh kayu itu
menjadi penunggu tapi tak seperti menunggu kemarau yg betahun.

Menunggumu



Menunggu kamu....??
Tak kan pernah ada lelah dalam kamus hidupku
Ini ujian, bukan siksaan
Menunggu Tuhan mengizinkan kita dipertemukan
Itu hal terindah yang aku rasakan...
Mencintaimu walaupun cinta kita terhalang samudera yang luas membentang

Waktu terus berjalan
Nada-nada rindu terus hiasi hariku
Meskipun lewat ketikan jemari
Tapi itu suara hati

Rinduku tak terbatas
Cintaku tak berujung
Selama nadiku berdetak
Aku kan setia menunggumu....

Lihai tungkai Politik

Lihai tungkai PolitikDalam isu "Politik semasa"
Angkare, Satuan, Lingkaran, Banjar semua
menjadi sangat ironi dan seakan melihat Fatamorgana
di ujung mawar yang berduri ...

Masyarakat terlalu Pintar tapi tak Cerdas untuk jadi bahan Rekayasa Politik.

Translate